"Kenapa Baru Sekarang?"
Opa duduk di tengah, tersenyum tipis. Tangannya menggenggam erat jemari Oma—kulitnya penuh keriput, tapi hangat. Di sekeliling mereka, anak-anak dan cucu berkumpul, tertawa, merapikan posisi. Hari itu ulang tahun Opa, dan satu permintaan sederhana akhirnya terkabul: foto bersama keluarga.
"Tunggu sebentar, yang lain belum datang."
"Besok aja, sekarang sibuk."
"Foto nanti aja, kan kita masih sering ketemu."
Tapi waktu tidak menunggu. Tahun demi tahun berlalu, dan baru hari ini semua berkumpul. Bukan di hari wisuda, bukan di hari pernikahan anak-anak. Tapi di hari ulang tahun Opa, saat rambutnya sudah sudah menipis.
Ketika kamera menangkap momen ini, kami sadar… bukan soal keriput di wajah, tapi tentang kehangatan yang masih ada. Sebuah foto yang sederhana, tapi akan menjadi cerita yang dikenang seumur hidup.
📸 Jangan tunggu ‘nanti’. Karena momen terbaik adalah sekarang.
Dulu dia hanya seorang anak muda biasa.
Sekarang... dia sedang tumbuh menjadi seorang ayah.
Bukan yang sempurna,
tapi yang sadar bahwa cinta juga butuh perencanaan.
Butuh langkah kecil yang disusun dengan niat besar.
💭 Beberapa orang mungkin spontan dalam hidup,
tapi dia?
Justru makin mencintai keluarganya,
makin detail dia menyusun daftar-do-nya:
✔️ Simpan dana darurat - ✔️Pikirkan pendidikan anak - ✔️ Luangkan waktu pulang kerja
✔️ Ambil foto keluarga minimal setahun sekali -✔️ Cetak, simpan, dan bingkai — untuk nanti
Karena dia tahu,
hidup tidak selalu bisa diulang.
Tapi ada momen yang bisa direkam,
dan disimpan untuk dikenang di masa pensiun nanti…
ketika anak-anaknya sudah tumbuh,
dan istrinya masih tersenyum di sampingnya —
walau rambut sudah penuh uban.
📸 Foto bukan sekadar hobi.
Bagi dia, foto adalah bagian dari warisan.
Bukti bahwa dia pernah hadir, mencintai, dan melindungi.